Merdeka belajar adalah kebijakan besar dalam
rangka mewujudkan transformasi pengelolaan pendidikan di Indonesia. Salah
satunya dengan menghapus Ujian Nasional (UN) diganti Asesmen Kompetensi.
Asesmen nasional sendiri terdiri dari tiga bagian yaitu Asesmen Kompetensi
Minimum (AKM), Survei Karakter dan Survei Lingkungan Belajar.
Diterapkannya kebijakan ini merupakan penanda perubahan paradigma
evaluasi pendidikan dan peningkatan sistem evaluasi pendidikan. Tujuan utamanya
mendorong perbaikan mutu pembelajaran dan hasil belajar peserta didik.
Sebagaimana informasi pada
halaman UBK Kemdikbud mengenai kegiatan Sosialisai dan Simulasi Asesmen
Kompetensi Minimum (AKM) Tahun Pelajaran 2020/2021 bagi siswa yang tergabung
dalam kegiatan Simulasi Skala Besar (SSB) Ujian Berbasis Komputer Daring
(UBKD), setiap sekolah dimandatkan untuk mengikuti kegiatan tersebut dengan
mendaftarkan 5 siswa kelas XI melalui
proktor sekolah masing-masing.SMKN 4 Semarang turut melaksanakan kegiatan Simulasi di tengah
situasi Covid-19 dengan tetap melaksanakan anjuran pemerintah
menerapkan aturan protokol Covid-19.
Kegiatan ini merupakan titik awal dari mata rantai kegiatan asesmen di
tahun ajaran 2020/2021. Sebagaimana kita tahu bahwa instrumen evaluasi ini
adalah pengganti alat ukur yang udzur dan sudah dianggap tidak relevan lagi,
yakni Ujian Nasional (UN) yang berbasis Mata Pelajaran.
Masih segar di ingatan, tepatnya di bulan
Februari 2020, Materi AKM sebagai hal baru dalam pengukuran keberhasilan
pendidikan untuk pertama kalinya diperkenalkan kepada guru sebagai bagian dari
program pokok Merdeka Belajar yang digagas oleh Mendikbud. Kini di akhir tahun
tiba waktunya instrument evaluasi tersebut diperkenalkan secara masif kepada
siswa di semua jenjang.
Meskipun guru sudah lebih dulu mengenal materi AKM ini, namun dalam
sekala besar baru tahun ini diperkenalkan kepada siswa melalui kegiatan SSB
UBKD. Dan tidak lah mungkin kapasitas guru bisa menularkan secara utuh
pengalaman dan pemahamannya kepada siswa, dikarenakan ada faktor media
evaluasi, yakni teknologi komputer yang senantiasa berubah dan baru. Secara
subtansi memang sama, ciri khas dari AKM ini adalah pemahaman dan analisa akan
informasi dalam bentuk tek dan angka yang disajikan dalam kasus-kasus faktual
dan aktual.
Secara umum, dapat disimpulkan bahwa simulasi AKM SSB UBKD kali ini dilakukan secara online, sesuai dengan akronim huruf ‘D’ yang artinya daring, sehingga sepenuhnya membutuhkan koneksi internet, tidak seperti halnya sistem UBK yang diterapkan sebelumnya semi-online. Dengan kata lain, akses siswa dan proktor saat pelaksanaan ujian terkoneksi secara langsung ke server pusat, tidak mirip skenario test sebelumnya dimana server sekolah penyelenggara test melakukan sinkronisasi data peserta dan bank soal sebelum pelaksanaan ujian, dan pada waktu ujian hanya pada beberapa tahap saja server sekolah mengakses informasi ke server pusat, seperti permohonan token ujian dan pengiriman laporan.
Ditilik dari sisi substansi test, tersusun atas 2 sub-test utama,
numerasi dan literasi. Terdapat variasi dalam jumlah soal, sebagian siswa
mendapati soal AKM berjumlah 24, dan 28 soal. Begitu pun dalam tema soal,
banyak yang memuat informasi teks dan angka tentang teknologi informasi,
geografi, sosiologi, ekonomi, kesehatan, sejarah dan tema-tema lainnya. “Teks
memuat informasi yang semunya terkait dengan peristiwa-peristiwa aktual yang
terjadi baru-baru ini. Disajikan dalam paparan teks yang disertai gambar, bagan, grafik, tabel
dalam bentuk pilihan ganda, ganda majemuk, menjodohkan, true-false dan isian
singkat dan uraian atau essay, yang membutuhkan
konsentrasi penuh.
Walaupun dalam praktek simulasi yang telah diadakan masih menemui
kendala- kendala salah satunya
menyangkut akses soal yang tidak tepat waktu diterima berdasarkan jadwal
yang telah direncanakan,semoga saja dengan instrumen evaluasi keberhasilan
pendidikan yang baru ini dapat membawa pendidikan Indonesia lebih maju lagi,
khususnya di lingkungan SMK Negeri 4 semarang.
Penulis: Dyah Susi